Sama seperti Karni Ilyas yang terbengong-bengong saking kagetnya mendengar 'nyanyian sumbang' para tamu di acara yang dipandunya: JAKARTA LAWYERS CLUB, mereka -para tamu undangan- menyampaikan hal-hal yang mengejutkan terkait sistem penyelenggaraan pemerintah sekarang ini. Sebut saja OC Kaligus pengacara kondang yang resmi mewakili Nazaruddin, kader 'yang terbuang' Partai Demokrat, beliau menyatakan kliennya memegang rahasia besar yang apabila di buka dapat menghancurkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)! Sama halnya dengan Andi Nurpati, mantan anggota KPU Pusat yang membeberkan permasalahan pemalsuan dokumen MK terkait hasil pemilu daerah pemilihan Sulawesi Selatan, hal ini memicu diskusi terbuka (bisa juga disebut debat) antara pihak KPU (I Gusti Putu Artha) dengan pihak MK (mantan hakim MK Arsyad Sanusi) yang saling menantang untuk buka-bukaan 'borok' masing-masing institusi negara tersebut. Dan masih banyak lagi kebobrokan aparat pemerintah dan anggota legislatif yang di bahas pada acara tersebut.
Sudah barang tentu kita dibuat geram dan kesal atas 'ulah' konyol pemimpin-pemimpin bangsa ini yang sepertinya tidak kompeten alias amatiran dalam menjalankan roda pemerintahan, satu demi satu kasus besar dan menghebohkan terbuka namun pada akhirnya terlupakan begitu saja tanpa akhir yang jelas karena fokus berganti dengan kasus lain yang juga tak kalah 'panas' dan spekakuler. Masih segar dalam ingatan kasus Bank Century yang sampai saat ini tidak jelas kemana arahnya, lalu kasus TKI yang menjadi pahlawan devisa bagi bangsa ini namun nasibnya sama sekali tidak diperhatikan oleh pemerintah, penganiayaan, pembunuhan, pemerkosaan, ketidakadilan hukum yang dialami oleh para TKI dan keluarganya begitu banyak, tetap saja pemerintah sepertinya 'budeg' dan buta. Masih ada Gayus Tambunan yang tenar lantaran aksinya meraup kekayaan 'ilegal' disektor pajak, tertutup dan terkubur oleh sejarah dengan begitu saja. Yang terbaru, kita dikejutkan dengan masalah koruspi pengadaan barang di Kemendiknas dan pembangunan wisma atlet di Palembang, hingga kini masalah tersebut tidak dapat diselesaikan juga, lantaran Nazaruddin sudah 'loncat' ke Singapura sesaat sebelum dirinya dicekal!
Ikrar Nusa Bakti seorang pengamat politik dan dunia internasional mengingatkan agar segera dilakukan pembenahan menyeluruh, pemerintah perlu lebih tegas dan berani dalam memerangi kasus-kasus pelanggaran yang terjadi di dalam lembaga-lembaga negara, sebelum terjadi pergantian pemerintah yang tidak konstitusional dan memakan biaya yang sangat mahal. Juga diungkapkan harapan-harapan agar demokrasi dapat dijalankan dengan bersih, jujur dan adil, demikian halnya dengan penegakan hukum. Lain halnya dengan Sudjiwo Tedjo yang secara tegas dan terbuka mengharapkan pemerintahan yang sekarang segera runtuh walaupun itu dengan cara revolusi, menurutnya dengan pemahamannya sebagai budayawan dan logikia humanisme tidak mungkin saat ini demokrasi dapat berjalan jika oknum-oknum yang menjalankan demokrasi, termasuk didalamnya dalah rakyat (sebagai pemegang kekuasaan terbesar) ternyata belum mampu mendefinisikan demokrasi dengan benar. Dengan kata lain, saat ini demokrasi adalah sebuah kebohongan besar, diperlukan pemimpin dengan tangan besi yang dapat mengantarkan seluruh masyarakat pada sebuah kesadaran tentang arti demokrasi itu sendiri.
Sebagai penutup acara Karni Ilyas mengutip quotes dari Thomas Jefferson - presiden ke 3 Amerika Serikat-: Jika pintu menuju surga adalah melalui parta politik, maka saya adalah orang yang menolak untuk masuk surga.
Sambil memandang istri dan kedua anak saya yang sedang tidur dengan damai, saya berpikir negara macam apakah yang nantinya akan di alami oleh kedua anak saya ini, apabila gambaran negara Indonesia saat ini begitu kacau balau, saya (demikian juga dengan anda semua) rela berkorban apa saja demi anak dan cucu kita kelak dapat hidup lebih baik dari kita saat ini, namun apakah semuanya itu dapat terwujud apabila kondisi negara yang tidak menjadi lebih baik dengan indikator-indikator yang ada memang menunjukkan kecenderungan ke arah yang semakin menurun. Dalam perenungan yang cukup singkat, ada pencerahan yang saya dapat, dan tidak ada salahnya jika saya membagikannya untuk kita semua.
Pemilihan kata penutup acara oleh Karni Ilyas yang mengutip dari Thomas Jefferson dapat dilihat dari beberapa sudut pandang: Pertama, politik lebih kepada sebuah kekuasaan yang diupayakan dengan berbagai cara, sekalipun hal tersebut ditempuh dengan mengorbankan orang lain, dengan demikian dapat dikatakan bahwa politik itu kotor, korup, tidak ada tempat untuk berbagi karena hanya memungkinkan sedikit orang di puncak kekuasaan. Jadi apabila pintu surga hanya bisa dimasuki melalui partai politik dapat kita bayangkan sorga itu tempat yang seperti apa dan bagaimana orang-orang yang menghuninya. Kedua, menyadari wajah kehidupan manusia yang sudah begitu rusak parah, begitu juga dengan manusia yang menghuninya, pertanyaannya apakah politik menjadi sebuah jawaban yang 'cespleng' untuk semua persoalan hidup ini? Sekali-kali adalah tidak! Politik hanya memberikan tempat bagi orang (sekelompok orang) yang menang -dengan cara apapun- dan dengan kejam melindas dan meremukkan mereka yang kalah. Sebaliknya dengan Sorga menjadi tempat bagi orang-orang yang menyadari dirinya berdosa, membutuhkan pengampunan dan menerima keselamatan serta dengan penuh ketaatan melaksanakan perintah Tuhan untuk menyatakan kasih kepada sesama melalui hidup yang penuh dengan ungkapan syukur. Ketiga, problematika kehidupan manusia di dunia, disadari adalah akibat dari dosa, yaitu pemberontakan manusia yang tidak mau tunduk kepada otoritas Allah yang Maha Kuasa, sekali lagi politik tidak memainkan perannya dengan baik, malah sebaliknya menjadikan wajah kehidupan semakin suram dengan keserakahan, manipulasi, korupsi, kesewenang-wenangan dan pembunuhan.
Saya tetap memiliki pengharapan akan hadirnya cahaya yang dapat mengantarkan bangsa Indonesia tercinta kepada kondisi yang lebih baik. Sambil berdoa sekiranya Sang Pencipta mengijinkan agar anak-anak yang tertidur lelap disamping saya menjadi salah satu cahaya bagi negeri ini... maka Tuhan kiranya memberikan kekuatan kepada kami -dan juga kepada seluruh orang tua- untuk dapat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi anak-anak kita untuk belajar dan menjadi cahaya-cahaya negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar