Rabu, 29 Juni 2011

IMAN TANPA PERBUATAN ADALAH MATI

Diceritakan dalam buku cerita rakyat sekitar Wali Sanga bahwa raja Demak bergelar Pangeran Adipati Sepuh, disebut Sultan Demak II. Beliau mempunyai putra bernama Pangeran Mode Pandan. Pangeran ini setelah mendapat pelajaran Islam seperlunya, atas kemauannya sendiri kemudian meninggalkan Demak. Beliau menuju arah baratdaya dan adapun maksud beliau adalah menyiarkan agama Islam ke mana-mana. Setelah sampai di suatu kampung yang agak terpencil letaknya dan sunyi, beliau ingin menetap di sana. Kampung itu sunyi benar, sehingga memberikan suasana yang tenang. Tanahnya subur dan pohon-pohonan pun banyak dan rindang. Kampung itu kemudian dinamai desa Pula Tirang dan disanalah Pangerang Mode Pandan mendirikan pesantren, yaitu perguruan agama islam. Perguruan ini terkenal kemana-mana, semakin lama banyak pelajar yang datang menuntut ilmu, makin banyak orang yang pindah ke sana.

Selain menyiarkan agama Islam, beliau sangat memperhatikan kehidupan rakyat. Pada waktu tidak mengajar, beliau memberi contoh kepada rakyat bercocok tanam. Oleh karena itu Pulo Tirang makin lama makin makmur. Yang hanya kelihatan sedikit di sana adalah pohon asam. Konon karena pohon "asam" (asam) itu "arang" (jarang) di sana, maka akhirnya tempat itu disebut Semarang (asem-arang).

Cerita rakyat mengenai Pangeran Mode Pandan mengingatkan kita dengan cerita Alkitab tentang Tuhan Yesus.

Tuhan Yesus berkeliling dari satu kota ke kota yang lain, dari desa ke desa yang lainnya. Sambil Ia mengajarkan dan memberitakan tentang Kerajaan Allah, Ia juga memperhatikan kehidupan orang banyak. Tidak hanya Ia memberikan hukum untuk mengasihi, melainkan Ia berbuat kasih. Orang-orang sakit Ia sembuhkan, orang-orang lapar Ia beri makan. Yesus tidak hanya mengajar mengenai hidup kekal, melainkan Ia membangkitkan orang-orang dari kematian. UcapanNya diimbali dengan tindakan. Penyiaran berita kedatangan Kerajaan Allah disertai dengan perbuatan. Ketika Ia mengutus murid-muridNya, Ia berpesan agar mereka mengelilingi setiap desa sambil memberitakan Injil dan menyembuhkan orang yang sakit (Lukas 9:1-6).

Yesus tidak hanya mengajar, tidak hanya Ia berbuat, melainkan pengajaranNya, perbuatanNya dibuktikan dengan memberikan diriNya sendiri (Markus 10:45). Sebab itulah perbuatan pelayanan dalam pemahaman Kristiani menggambarkan dan merupakan pengejawantahan dari pelayanan dan perbuatan Tuhan Yesus sendiri. Yesus yang adalah Tuhan mengosongkan diriNya menjadi sama dengan manusia, bahkan mengambil rupa sebagai seorang pelayan (Filipi 2:6-8).

Sebab itulah juga Gereja Kristen hingga sekarang, tidak hanya menyiarkan Injil Kerajaan Sorga dengan perkataan, melainkan juga membuat tanda-tanda telah datangnya Kerajaan Allah itu. Dilakukanlah pelayanan-pelayanan kasih berupa pelayanan pendidikan, pelayanan di bidang kesehatan, di bidang bercocok tanam seperti yang dilakukan Pangeran Mode Pandan di Pulo Tirang dan lain-lain bentuk perbuatan. Perbuatan-perbuatan pelayanan ini mempunyai dasar tanpa embel-embel lain, yaitu atas dasar kehidupan dan kematian Yesus Kristus. Itulah bentuk keberadaanNya. Itulah gaya hidupNya. Dengan cara dan gaya itulah juga Ia memanggil Gereja untuk mengikut Dia. Perbuatan pelayanan itu tidak ber-vested interest kecuali bahwa ia menyatakan solidaritasnya dengan manusia dalam kebutuhannya, penderitaannya dan dosanya. Sebab itulah dalam pemahaman Kristiani, tidak pernah pelayanan perbuatan umpamanya dengan memberikan makanan/minuman, uang, pakaian, obat-obatan dan lain sebagainya, dimaksudkan sebagai bujukan (rayuan) untuk mejadi Kristen. Penerima pelayanan itu adalah sesama manusia yang layak mendapat pelayanan sebagaimana sebagai manusia untuk siapa Kristus telah mengidentifikasi diriNya, untuk siapa Kristus telah menderita dan mati. Inilah bentuk perbuatan kasih tanpa kalkulasi dan tanpa perhitungan yang dimaksudkan untuk diberkati oleh Raja dalam perumpamaan penghakiman terakhir dalam Injil Matius pasal 25.

Surat Yakobus berbicara mengenai iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati :
Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!" tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya mati... Hai manusia yang bebal, maukah engkau mengakui sekarang, bahwa iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong? Bukankah Abraham bapa kita dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya, di atas mezbah? Kamu lihat bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna. Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: "Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungakan hal itu kepadanya sebagai kebenaran" .... Sebab sama seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati (Yakobus 2:14-26).
"Ya Bapa, mampukanlah kami senantiasa melaksanakan panggilan sebagai umat untuk menyatakan perbuatan-perbuatan pelayanan kasih kepada sesama, dan melalui iman kami kepadaMu, jadikanlah kami hamba yang setia, amin"

Tidak ada komentar: