Jumat, 27 April 2012

Menerima Kuasa Untuk Menjadi Saksi


Perpisahan seringkali meninggalkan kesedihan, terlebih jika orang yang begitu kita kasihi pergi meninggalkan kita, bahkan untuk jangka waktu yang lama dan bahkan tidak akan pernah kembali lagi. Tersisa hanya kenangan bagi kita yang ditinggalkan, ingatan peristiwa demi peristiwa tetap melekat sebagai yang tersisa untuk kita miliki.

Kepergian Yesus meninggalkan dunia tentunya meninggalkan kepedihan, kekecewaan, ketakutan, harapan yang lenyap dan keyakinan yang goyah. Para murid tercerai berai, kembali kepada kehidupan mereka masing-masing dengan tanpa semangat, rasa malu yang besar. Ya, betapa tidak! Pemimpin mereka mati dalam kehinaan, menjadi contoh dari sebuah kegagalan total untuk merestorasi tatanan kehidupan bangsa Israel, menjadi cerita olok-olok yang terus diulang di jalan-jalan seluruh pelosok kota dan dusun.

Kebangkitan Kristus menjadi landasan kuat bagi sebagian kecil murid-murid untuk tetap berkumpul, bersembunyi dalam ruang gelap yang sempit dan terkunci rapat-rapat. Dalam rasa takut dan kegentaran hebat yang menyelimuti mereka terus mengingat dan mengenang semasa Sang Guru hidup, bertekun dalam ibadah dan doa. Mereka menantikan sebuah janji yang ditinggalkan, Sang Penghibur akan datang untuk mereka.
Umat Kristen di Indonesia saat ini diperhadapkan kepada hal yang kurang lebih sama seperti yang dialami oleh para murid-murid saat itu. Perlakuan diskirminatif semakin kental dirasakan, kegiatan ibadah yang dipersulit, keberadaan rumah-rumah ibadah yang digugat untuk ditutup permanen, kesulitan dalam hal birokrasi pelayanan masyarakat, semuanya itu memang semakin mempersempit ruang gerak umat Kristen dalam bersekutu dan beribadah.

Tatanan kehidupan berbangsa di Indonesia mengatur kebebasan hidup beragama yang saling menghargai satu dengan yang lainnya, sikap toleransi yang tinggi serta menghargai kebebasan menjalankan ritual keagamaan dan tidak ada istilah kelompok agama mayoritas dan minoritas dirasakah telah mengalami degradasi. Beberapa kelompok masyarakat yang mengatasnamakan salah satu agama dapat melakukan tindakan kekerasan terhadapa kelompok agama atau masyarakat lainnya yang berbeda pandangan secara terbuka tanpa rasa takut untuk melanggar aturan dan hukum yang berlaku. Akankah ini terus berlangsung tanpa penyelesaian yang konkret? Bilakah kita kembali melihat dan merasakan seluruh umat dari agama-agama saling bergandengan tangan dan menjunjung sikap toleran serta menghargai kebebasan melakukan ibadah menurut keyakinan masing-masing.
Dalam menghayati peristiwa kenaikan Yesus Kristus ke Sorga, kehidupan spiritual umat Kristen semakin dikuatkan melalui janji Allah yang akan memberikan Sang Penghibur sebagai pengganti untuk meneruskan karya keselamatan yang telah dilakukan Yesus Kristus melalui jalan penderitaan dan kematian di kayu Salib. Kisah Para Rasul ps. 1:8 “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."   Sebuah kuasa yang dijanjikan dalam rangka memenuhi tugas panggilan umat percaya untuk menjadi saksi di lingkungan sekitar kita tinggal, di pekerjaan tempat kita berkarya, di sebuah negara tempat di mana kita berada saat ini.

Bukan persoalan yang mudah bagi kita untuk meyaksikan kebesaran Tuhan serta menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah kepada sesama terlebih saat ini kita diperhadap-kan kepada banyak pilihan dan alternatif kehidupan yang serba instan, kita sering terlena dan acapkali meninggalkan panggilan bersaksi hanya demi sebuah zona aman dalam kehidupan pribadi ataupun keluarga kita. Tantangan bertambah besar untuk kita dapat menjadi saksi dan menghadirkan damai sejahtera ketika diperhadapkan kepada realita bahwa gereja telah kehilangan maknanya, dan masyarakat tidak lagi dapat merasakan dampak dari kasih Kristus melalui kehadiran Gereja di tengah-tengah masyarakat, bangsa dan negara. Gereja tidak lagi mampu mengambil bagian serta berperan dalam persoalan-persoalan masyarakat, serta menutup diri dalam tembok-tembok ekslusivitas yang secara perlahan-lahan menghancurkan dirinya sendiri.

Penderitaan dan kematian Kristus bukanlah sebuah kegagalan atau kehancuran total dari rencana damai sejahatera Allah bagi umat manusia, kebangkitan-Nya menjadi sebuah babak baru yang menambah keyakinan umat-Nya untuk melangkah dalam kemenangan iman, dan kenaikan-Nya ke sorga membawa harapan baru akan hidup yang lebih baik di dunia serta menuju hidup kekal dalam kerajaan Sorgawi. Menjadi saksi bagi Kristus, memberitakan kabar baik kepada sesama kita, menghadirkan damai sejahtera dan menyatakan keselamatan bagi yang percaya kepada Yesus menjadi bagian istimewa dalam hidup setiap orang Kristen.

Kita perlu melihat keberadaan dirinya sebagai salah satu bagian yang integral dari himpunan kehidupan yang lebih besar, artinya kita mempunyai andil –baik secara langsung maupun tidak langsung- dari sebuah perubahan kondisi kehidupan bersama masyarakat di sekitarnya. Kita dapat memberikan perubahan bagi kehidupan masyarakat yang semakin lebih baik melalui sikap dan tindakan yang paralel dengan pengajaran, keteladanan dan ketokohan Kristus. Kita perlu memiliki pemikiran yang lebih terbuka serta mampu menerima perbedaan dalam rangka mengupayakan karya nyata gereja yang signifikan dan relefan bagi jemaat dan masyarakat, bangsa dan negara.

Selamat menperingati peristiwa kenaikan Kristus, kiranya Roh Kudus senantiasa memberikan kemampuan untuk kita memberikan yang terbaik kepada Tuhan.

Tidak ada komentar: