Perpisahan
seringkali meninggalkan kesedihan, terlebih jika orang yang begitu kita kasihi
pergi meninggalkan kita, bahkan untuk jangka waktu yang lama dan bahkan tidak
akan pernah kembali lagi. Tersisa hanya kenangan bagi kita yang ditinggalkan,
ingatan peristiwa demi peristiwa tetap melekat sebagai yang tersisa untuk kita
miliki.
Kepergian
Yesus meninggalkan dunia tentunya meninggalkan kepedihan, kekecewaan,
ketakutan, harapan yang lenyap dan keyakinan yang goyah. Para murid tercerai
berai, kembali kepada kehidupan mereka masing-masing dengan tanpa semangat,
rasa malu yang besar. Ya, betapa tidak! Pemimpin mereka mati dalam kehinaan,
menjadi contoh dari sebuah kegagalan total untuk merestorasi tatanan kehidupan
bangsa Israel, menjadi cerita olok-olok yang terus diulang di jalan-jalan
seluruh pelosok kota dan dusun.
Kebangkitan
Kristus menjadi landasan kuat bagi sebagian kecil murid-murid untuk tetap
berkumpul, bersembunyi dalam ruang gelap yang sempit dan terkunci rapat-rapat.
Dalam rasa takut dan kegentaran hebat yang menyelimuti mereka terus mengingat
dan mengenang semasa Sang Guru hidup, bertekun dalam ibadah dan doa. Mereka
menantikan sebuah janji yang ditinggalkan, Sang Penghibur akan datang untuk
mereka.
Umat
Kristen di Indonesia saat ini diperhadapkan kepada hal yang kurang lebih sama
seperti yang dialami oleh para murid-murid saat itu. Perlakuan diskirminatif
semakin kental dirasakan, kegiatan ibadah yang dipersulit, keberadaan rumah-rumah
ibadah yang digugat untuk ditutup permanen, kesulitan dalam hal birokrasi
pelayanan masyarakat, semuanya itu memang semakin mempersempit ruang gerak umat
Kristen dalam bersekutu dan beribadah.
Tatanan
kehidupan berbangsa di Indonesia mengatur kebebasan hidup beragama yang saling
menghargai satu dengan yang lainnya, sikap toleransi yang tinggi serta
menghargai kebebasan menjalankan ritual keagamaan dan tidak ada istilah
kelompok agama mayoritas dan minoritas dirasakah telah mengalami degradasi.
Beberapa kelompok masyarakat yang mengatasnamakan salah satu agama dapat melakukan
tindakan kekerasan terhadapa kelompok agama atau masyarakat lainnya yang
berbeda pandangan secara terbuka tanpa rasa takut untuk melanggar aturan dan
hukum yang berlaku. Akankah ini terus berlangsung tanpa penyelesaian yang
konkret? Bilakah kita kembali melihat dan merasakan seluruh umat dari
agama-agama saling bergandengan tangan dan menjunjung sikap toleran serta
menghargai kebebasan melakukan ibadah menurut keyakinan masing-masing.
Dalam
menghayati peristiwa kenaikan Yesus Kristus ke Sorga, kehidupan spiritual umat
Kristen semakin dikuatkan melalui janji Allah yang akan memberikan Sang
Penghibur sebagai pengganti untuk meneruskan karya keselamatan yang telah
dilakukan Yesus Kristus melalui jalan penderitaan dan kematian di kayu Salib. Kisah
Para Rasul ps. 1:8 “Tetapi kamu akan
menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi
saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung
bumi." Sebuah kuasa yang dijanjikan dalam rangka
memenuhi tugas panggilan umat percaya untuk menjadi saksi di lingkungan sekitar
kita tinggal, di pekerjaan tempat kita berkarya, di sebuah negara tempat di
mana kita berada saat ini.
Bukan
persoalan yang mudah bagi kita untuk meyaksikan kebesaran Tuhan serta
menghadirkan tanda-tanda kerajaan Allah kepada sesama terlebih saat ini kita
diperhadap-kan kepada banyak pilihan dan alternatif kehidupan yang serba
instan, kita sering terlena dan acapkali meninggalkan panggilan bersaksi hanya
demi sebuah zona aman dalam kehidupan
pribadi ataupun keluarga kita. Tantangan bertambah besar untuk kita dapat
menjadi saksi dan menghadirkan damai sejahtera ketika diperhadapkan kepada
realita bahwa gereja telah kehilangan maknanya, dan masyarakat tidak lagi dapat
merasakan dampak dari kasih Kristus melalui kehadiran Gereja di tengah-tengah
masyarakat, bangsa dan negara. Gereja tidak lagi mampu mengambil bagian serta
berperan dalam persoalan-persoalan masyarakat, serta menutup diri dalam
tembok-tembok ekslusivitas yang secara perlahan-lahan menghancurkan dirinya
sendiri.
Penderitaan
dan kematian Kristus bukanlah sebuah kegagalan atau kehancuran total dari
rencana damai sejahatera Allah bagi umat manusia, kebangkitan-Nya menjadi
sebuah babak baru yang menambah keyakinan umat-Nya untuk melangkah dalam
kemenangan iman, dan kenaikan-Nya ke sorga membawa harapan baru akan hidup yang
lebih baik di dunia serta menuju hidup kekal dalam kerajaan Sorgawi. Menjadi
saksi bagi Kristus, memberitakan kabar baik kepada sesama kita, menghadirkan
damai sejahtera dan menyatakan keselamatan bagi yang percaya kepada Yesus
menjadi bagian istimewa dalam hidup setiap orang Kristen.
Kita
perlu melihat keberadaan dirinya sebagai salah satu bagian yang integral dari
himpunan kehidupan yang lebih besar, artinya kita mempunyai andil –baik secara
langsung maupun tidak langsung- dari sebuah perubahan kondisi kehidupan bersama
masyarakat di sekitarnya. Kita dapat memberikan perubahan bagi kehidupan
masyarakat yang semakin lebih baik melalui sikap dan tindakan yang paralel
dengan pengajaran, keteladanan dan ketokohan Kristus. Kita perlu memiliki
pemikiran yang lebih terbuka serta mampu menerima perbedaan dalam rangka
mengupayakan karya nyata gereja yang signifikan dan relefan bagi jemaat dan
masyarakat, bangsa dan negara.
Selamat
menperingati peristiwa kenaikan Kristus, kiranya Roh Kudus senantiasa
memberikan kemampuan untuk kita memberikan yang terbaik kepada Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar